Pendakian Lawu 3265 MDPL 2011
- Asadul Islam Al Faroq
- 10. Juni 2019
- 8 Min. Lesezeit

Bismillahirahmanirrahim.. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Raja dari segala raja. Pemilik langit dan bumi serta penguasa siang dan malam. Dari pada nganggur nih, gw ingin berbagi pengalaman sama agan agan yang kiranya masih suka berdiam diri dirumah saat liburan. Padahal dalam hadis nabi, sesungguhnya masa muda yang dibarengi dengan kekosongan akan menimbulkan maksiat. Maka, alangkah baiknya kalau kita manfaatkan liburan itu dengan kegiatan kegiatan yang positif. Tadabbur alam misalnya. Langsung aja gan. Gw ingin nyeritain pengalaman gw pada akhir 2011, pendakian gunung lawu. Tepatnya pada siang hari hari kamis tanggal 6 oktober 2011, impian gw Selama bertahun tahun untuk bisa mendaki gunung lawu akhirnya bisa kesampaian juga. Gw berangkat dari kamar sekitar jam 12 lah kearah rumah temen gw dimagetan. Tentunya setelah melakukan beberapa persiapan serta bawa bekal secukupnya. Sampai dirumah temen gw sore jam 3an. Disana dah menunggu gw 3 orang lain. Akhirnya tanpa belama lama langsung aja gw ama temen temen cabut ke arah karanganyar. Sayangnya ada masalah dikit. Ada operasi dari polisi. Waktu itu kami berempat lagi gk pake helm gaan,,:D yaudah kamipun memutuskan untuk menunggu di warung sekitar sarangan dan 2 orang pulang untuk mengambil helm. Singkat cerita sampailah kami di karanganyar. Sebelum memulai perjalanan kamipun mengisi perut dengan mie rebus plus telor. Khas daerah situ. Untuk pendakian gunung lawu ada dua pintu utama yaitu cemoro sewu di magetan dan cemoro kandang di daerah karanganyar . namun kami lebih memilih untuk lewat pintu jawa tengah yaitu cemoro kandang. Sebab konon katanya cemoro kandang lebih terasa suasana mistisnya dan justru itu yang kami cari. Apalagi gw dah ngebet pengen ketemuan sama kuntilanak di gunung lawu. Hehe.. Kami titipkan motor kami di penitipan motor dan mendaftarkan diri kami di pintu gerbang serta membayar biaya retribusi sekitar 2500 perorang. Lumayan murah sih. Bismillah lah jam 5 kami langsung memulai langkah pertama dari gerbang. Rasa takut dicampur rasa senang bercampur aduk dalam hati gw bagaikan rujak. Hhehe. Baru beberapa menit melakukan perjalanan hujanpun menyambut kami. Langsung aja gan kami bongkar tas wat mengambil jas hujan. Untungnya hujan turun gk begitu lama dan tidak terlalu deras sehingga tidak membuat kami kebasahan. Lagi pula kabut tidak terlalu tebal. Sampai di pos satu langit sudah gelap dan jam kami menunjukkan jam 18.30. walaupun jam segitu namun suasana sudah gelap total karena kami memang berada dalam hutan rimba tanpa lampu penerangan. Kamipun segera menggunakan senter. Kami hanya membawa dua senter saja. Satu senter untuk teman yang paling belakang supaya kalo dy ketinggalan atau hilang akan ketahuan. Kan klo dy hilang atau ketinggalan pasti senternya hilang juga. Hehe..kemudian senter yang kedua digunakan untuk teman yang ada didepan untuk penunjuk jalan. Nah, Pos satu adalah sebuah gubuk lama yang beratapkan seng. Tanpa lantai hanya pasir saja. Namun sudah cukup untuk berlindung bagi pendaki apabila turun hujan. Kami pun memutuskan untuk istirahat dan menunaikan ibadah shalat magrib dijamak dengan isya’. So pasti gan pake tayammum, sebab air yang kami bawa minim banget. 1 dirigen kecil dan 3 botol aqua gede. Buat minum aja kami harus irit gimana mau dipake wudlu? Bisa bisa kami mati kehausan diatas nanti. Sip, perjalanan kami lanjutkan ke pos dua. Masih dalam suasana hutan rimba. Ternyata perjalanan ke pos dua itu bisa dijangkau oleh sepeda motor. Terbukti ada bekas ban motor disepanjang perjalanan kami. Pertama kami melakukan perjalanan terasa sangat capek sehingga memaksa kami untuk sering beristirahat dalam perjalanan ke pos dua. Nah dalam sela sela istirahat kami sempatkan untuk bercanda ria untuk menghilangkan suasana hening di tengah hutan. Sambil minum dan buka bekal dikit. Salah satu dari teman kami mengeluarkan gula merah dari tasnya dan berkata kalau kita capek kita bisa makan gula merah wat menghilangkan rasa capek? Yang bener aja, gw sempat gk percaya sampai akhirnya saat mendaki saat capek gw makan gula merah. Ternyata benar apa yang dikatakan temen gw. Rasa capek dikaki hilang dan berpindah menjadi rasa capek dimulut karena mengunyah gula merah. Hehehe.. Kami juga sempat beristirahat diatas pohon yang roboh memotong perjalanan kami. Sambil ngobrol ngobrol ringan kami menikmati suasana malam hari. Tidak ada sedikitpun rasa takut baik takut hantu maupun takut ada hewan buas. Yang ada hanya rasa pasrah dan tunduk kepada Allah SWT pemilik segalanya. Ditambah bulan purnama yang setia menjadi lampu bagi perjalanan kami. Sambil makan gula merah tadi kamipun mulai melanjutkan perjalanan kembali Pos dua pun telah kami lewati. Tanpa mampir. Lanjut ke pos tiga. Perjalanan ke pos tiga ini agak sedikit berbahaya dibandingkan dengan jalan sebelumnya sebab sebelah kami berupa jurang yang tertutupi semak belukar sedangkan sisi lain berupa tebing. Walaupun tebing dan jurangnya tidak terlalu curam. Jalan setapak kecil kami lalui. Perlahan tapi pasti. Soalnya kami takut klo ada yang hilang atau ketinggalan. Keringatpun keluar dari kulit kami. Namun keringat tersebut tidak membuat badan kami terasa panas. Namun malah membuat kami semangat dan segar kembali. Karena bercampur dengan hawa yang sangat dingin. Lu bayangin aja ditelaga sarangan aja hawanya dah dingin kayak gitu. Apalagi diatasnya lagi. Brrrrr…(gaya afika). Keringat segar kami menyebutnya. Semangat membara selalu ada dihati dan fikiran kami. Sampai akhirnya sampai pula kami di pos tiga. Disana terlihat ada plang yang bertuliskan bunga eidelweiss. Bunga eidelweiss adalah bunga abadi yang hanya ada pada ketinggian tertentu. Ia disebut sebagai bunga abadi. Kok bisa? Soalnya apabila kita ambil dan petik bunganya kemudian kita taruh di vas bunga, bunganya gk akan bakal layu. Yang ada dia hanya akan berubah warna menjadi kecoklatan. Maka tak heran jika banyak pendaki yang suka membawa oleh oleh bunga eidelweiss sepulang dari pendakian. Bunga itu berwarna perak ketika malam hari dan menjadi abu abu kehijauan saat pagi dan siang hari. Perjalanan dari pos tiga ke pos empat lebih indah lagi bro…kanan tebing kiri jurang. Tapi kali ini lebih curam dan berbahaya sampai sampai lu bakalan temui pembatas dari kawat tebal sepanjang jalan. Supaya para pendaki lebih aman. Tampak pula kota karanganyar dan solo ketika malam hari dari sini. Lampu malam yang sangat indah. Pemandangan luarbiasa ini ditambah lagi dengan pepohonan yang bergerak gerak tertiup angin malam. Pepohonan ini terlihat diantara bintang bintang langit yang cerah karena cahaya sinar bulan. Suasana yang sangat romantic klo seandainya saja bisa muncak sama si dya…(siapa hayooo??). perjalanan terus berlanjut sampai akhirnya kami melewati hutan rimba dan mulai memasuki daerah perbukitan batu. Sedikit sekali kita jumpai pepohonan rindang disini, karena memang hutan tropisnya hanya ada pada ketinggian yang agak bawah. Semakin kearah puncak kita akan sedikit mendapati pepohonan. Nah, bukit berbatu ini jalannya lumayan berbahaya ‘takut terpeleset aja’. Lagian kemiringan jalannya juga lebih. Suasananya mirip dibulan. Hanya ada batu dan bintang bintang malam. (dah kayak pernah ke bulan aja..). Memaksa kami untuk sedikit dikit istirahat. Capeek bngt. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30. makin larut kami rasakan. Suasana makin mencekam. Setelah bukit batu, kami tiba dibukit sabana. Yaitu bukit rumput ilalang berwarna kuning. Nampak indah sekali walaupun malam hari. Sesekali ada pohon tanpa daun yang sudah kering. Hingga Nampak seperti cakar cakar setan. Hehe…dibalik bukit sabana itu kami melihat dri kejauhan ada gubuk kecil. Sampai juga deh akhirnya di pos 4. Ditempat bukit sabana tadi ternyata ada 2 buat batu nisan bertuliskan nama 2 orang yang berbeda. Itu adalah kuburan 2 orang pendaki yang meninggal saat melakukan pendakian. Tertulis disitu tahun 1985 dan 1993. Serem juga sih, terbawa omongan temen2 yang pernah muncak, katanya pos empat adalah pos yang paling menyeramkan. Hehe..yaudah daripada daripada. Mendingan kami lanjutkan perjalanan ke pos lima. Tanpa singgah di pos empat. Takutnya nanti digangguin sama kuntilanak sekeluarga lagi..:p. perjalanan ke pos lima ini berupa jalan setapak yang berbatu. Sudah tak tampak lagi jurang dan tebing. Yg ada hanya bukit bukit batu dan sabana. Kamipun ambil istirahat lagi untuk yang kesekian kali. Nah, kali ini gw raba raba saku, ternyata hape gw dah ilang gan. Jatuh dimana gk tau. Mau nyari kemana juga dah malam. Gk keliaatan pastinya. Mau dimisscall gk ada sinyal. Lagian siapa juga yang mau ngangkat? Emang ada setan mau angkat telpon? Hehe..yaudah mau gimana lagi. Gw ikhlasin aja deh tuh hape. Niat gw sih besok pas balik lewat jalur cemoro kandang lagi. Siapa tau masih ada dijalan. Ok. Lanjutt…perjalanan terus berlanjut sampai akhirnya kami sampai di pos 5. Pos lima tu gk ada gubugnya. Cuman ada plang lama dari kayu yang sudah hampir gk kelihatan lagi tulisannya. Berupa persimpangan antara jalur ke puncak hargo dumilah, hargo dalem dan arah kembali ke cemoro kandang. Wis, akhirnya karena fisik kami yang kelelahan, kami memutuskan untuk membuat tenda ditempat ini. Jam tangan menunjukkan angka 23.30. kami langsung saja membuat perapian dan mencari rumput untuk bahan bakar. Sempat takut juga sih waktu mencari rumput. Takutnya kalo ketika nyabut rumput, eh ntar yang gw dapet malah kepala orang lagi. Hehe..soalnya ada cerita yang kayak gituan sih..Nah, Acara masak memasakpun meramaikan suasana malam itu. Bermodalkan kompor kecil berbahan bakar spiritus pake kapas kami bisa masak nasi, mie rebus, dan sarden. Dengan lahapnya kami makan. Walaupun masih panas makanannya. Soalnya udaranya yang sangat dingin sih. Ok. Selesai makan kami langsung masuk ke tenda keong. Dan pake selimut tentara yang bentuknya seperti kepompong. Didalam terasa hangat sekali apalagi dibarengi dengan lantunan ayat suci al Qur’an. Gk terlalu lama kamipun masuk kealam mimpi. Dah kecapean banget kali yaa..hhe. pagi jam 5 kami bangun dari tidur. Shalat subuh pake tayammum. Dan beres beres. Dingin banget suasana pagi itu. Serasa beku badan gw semuanya. Habis dalam tenda hangat. Keluar dari tenda menggigil kedinginan. Hehe.

pos 6 adalah pos terakhir sebelum puncak. Namun kami putuskan untuk tidak muncak terlebih dahulu. Kami putusan untuk mencari air ke sendang. Kami ambil arah ke puncak hargo dalem. Selama perjalan ke sana. Kami melewati beberapa rumah kosong. Juga melewati pasar gan. Pasar?? Bener, mereka menyebut pasar ini dengan nama pasar setan. Kok bisa? Gk tau juga ya…perjalanan pagi yang indah. Kami sempatkan untuk berfoto foto dulu di perjalanan. Dibukit sabana. Rumput kuning. Gk kebayang deh perasaan gw waktu itu. Indaaah bnget gan..hhe. sampai juga kami ke sendang (sumber air). Tapi kita kecewa bngt saat tau sendangnya lagi kering dan gak ada airnya gan…LOL Mau gk mau akhirnya kami beli juga deh airnya diwarung mbok yem. Lumayan mahal sih. Tapi juga maklum soalnya diatas gunung. Lagian persediaan air kami telah habis buat masak semalam. Klo gk beli air nanti masak pagi pake apa? Terpaksa kami mengumpulkan uang untuk membeli air dan krupuk untuk lauk makan pagi. Kami sempatkan juga foto foto sama mbok yem.

Pemandangan ditempat itu pun indah banget. Coz dah ngedeketin puncak sih. Ketemu lagi sama bukit sabana. Lebih kuning dan lebih perfect dari sebelumya. Dah beres dan dah dapat bahan makan pagi, kami langsung melanjutkan perjalanan ke pos 6. Balik lagi tadi ke arah pos lima. Perjalanan antara pos lima dan enam tidak terlalu jauh. Hanya mendaki satu bukit terakhir ke puncak. Alhamudlillah sekitar jam 7 pagi kami sampai di puncak hargo dumilah ketinggian 3265MDPL. Alhamdulillah rasa syukur kami ucapkan kepada Allah. Setelah menikmati suasana sebentar kami mencari lokasi yang cocok untuk memasak. Untuk sarapan pagi. Sama sih lauknya. Hanya ada tambahan krupuk mbok yem tadi. Hehe. Selesai makan kami berfoto ria diatas puncak. Puncak hargo dumilah itu berupa tugu yang dibuat oleh gabungan kopassus. Tugunya lumayan gede sih. Buktinya gw bisa naik ke atas td. Walaupun agak susah dan dibantu sama temen temen. Sip, berbagai pose kami berfoto bersama. Saat berada dipuncak tugu gw liat ke atas.yang ada hanya langit yang berwarna biru. Luas bngt langit ini. Gw merasa dititik paling tinggi didunia ini. (perasaan aja sih). Mata gw berkeliling melihat ke semua arah. Yang terlihat hanya hamparan awan bak lautan putih yang bergumpal gumpal seakan akan kita bisa berjalan diatasnya. Suasana sudah mulai panas karena matahari sudah setinggi tombak. Namun gk kerasa, soalnya udaranya yang dingin. Dipuncak kami bertemu rombongan dari Jakarta dan Surabaya. Puas berfoto ria, kami mulai bersiap siap untuk pulang kebawah.

Bismillah aja lah, kami berangkat perjalanan turun. Namun sebelumnya kami cari tempat yang indah buat foto2. Singkat cerita perjalanan kami mulai dari jam 9 pagi dan sampai kembali ke Comoro kandang sekitar jam 13.00 hari jum’atnya. Empat jam perjalanan. Lebih cepat dr pendakian. Loh? Kok bisa? Iya soalnya kita waktu turunnya lari terus gan….gk bisa ngeremm…hhehe.
Ok. Buat agan agan pecinta alam, gunung lawu tentunya bisa jadi pilihan untuk acara pendakian gunung. Karena menjanjikan suasana mistis dan memiliki keindahan yang tersendiri daripada gunung gunung yang lain di daerah jawa. Semoga apa yang gw ceritain ini bermanfaat buat gw dan agan agan sekalian. Aminn ya robbal alamin.
Comments